You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.

Sistem Informasi Desa Dasun

Kec. Lasem, Kab. Rembang, Prov. Jawa Tengah
Info
Laman Resmi Pemerintah Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Sekretariat: Balai Desa Dasun, RT.01,RW.01, Dasun, Lasem, Kode Pos: 59271 | Dasun Maju | Desa Pemajuan Kebudayaan Kemendibud | Desa Anti Korupsi KPK RI

Desa Dasun Pusat Galangan Kapal yang Menyatukan Maritim Nusantara


Desa Dasun Pusat Galangan Kapal yang Menyatukan Maritim Nusantara

dasun-rembang.desa.id-Nenek moyang bangsa kita dikenal sebagai pelaut yang tangguh. Hal ini dibuktikan dengan adanya catatan sejarah terkait Desa Dasun yang ada di Kecamatan Lasem, Rembang. Desa ini dulunya adalah pusat galangan kapal atau tempat pembuatan kapal pada zaman kerajaan, termasuk Majapahit dan Demak.

Sekilas, Desa Dasun yang ada di Kecamatan Lasem, Rembang, terlihat seperti desa-desa khas pesisir Pantai Utara Jawa. Namun, desa ini ternyata kaya akan nilai sejarah. Bagaimana nggak, desa ini ternyata sudah jadi pusat galangan kapal saat Jawa masih diperintah oleh sejumlah kerajaan. Seperti apa sih cerita desa yang cukup unik ini?

Sejarah mencatat, Desa Dasun sudah eksis sejak masa Kerajaan Pucangsulo pada abad ke-13. Sementara itu, di situs Kemenparekraf.go.id, disebutkan kalau desa ini jadi pusat produksi kapal Kerajaan Majapahit.

Hal ini dibuktikan dengan catatan Mpu Santi Badra bernama Serat Badra Santi tahun 1479. Dalam catatan berbahasa Jawa tersebut, disebutkan kalau pada 1351 Masehi (1273 Saka), wilayah Lasem, termasuk Desa Dasun, sudah jadi tanah perdikan Majapahit.

Menariknya, di masa itu, pemimpin Lasem adalah seorang perempuan bernama Dewi Indu. Namanya bahkan disebutkan di dalam Kitab Negarakertagama, lo. Maklum, dia adalah keponakan Hayam Wuruk dan mendapatkan gelar Bhre Lasem.

Karena posisi Desa Dasun yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, maka di sini dijadikan pusat pembuatan kapal Kerajaan Majapahit, khususnya untuk kebutuhan perdagangan dan militer. Proses produksinya bahkan dipimpin langsung oleh Panglima Angkatan Laut Majapahit Prabu Rajasa Wardana yang juga suami dari Bhre Lasem.

Alasan lain yang membuat wilayah ini jadi pusat pembuatan kapal adalah pada masa itu, Rembang bagian selatan masih berupa hutan lebat dengan pohon-pohon berukuran besar. Pohon-pohon itulah yang kemudian dijadikan bahan pembuatan kapal. Sayangnya, kini sulit mencari pohon dengan ukuran tersebut di sana.

Kala pengaruh Majapahit meredup dan Kesultanan Demak Berjaya, produksi kapal di Desa Dusun terus berlanjut. Sejarah mencatat 100 kapal diproduksi desa ini untuk keperluan ekspedisi ke Malaka demi melawan Portugis. Ekspedisi ini dipimpin oleh Adipati Unus.

Tetap Eksis di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

Buku Children of the Colonial State: Population Growth and Economic Development in Java 1795-1880 yang dibuat oleh Peter Boomgaard menulis Lasem sudah jadi pusat produksi kapal sebelum Belanda datang. Jumlah pekerja di sana bahkan lebih dari 500 orang.

Galangan kapal Desa Dasun pun semakin menggeliat berkat disodetnya Sungai Lasem ke muara Dasun. Jadi, dulu sungai ini bermuara di Kaeringan, Millens. Nah, berkat aliran baru ini, maka semakin mudah membuat kapal di Desa Dasun.

Tatkala Belanda datang, bisnis pembuatan kapal di desa ini pun sama sekali nggak surut. Hal ini diungkap oleh Sudaryo. Laki-laki asli Dasun ini masih berusia 9 tahun tatkala membantu bapaknya bekerja di galangan kapal ketika masa kolonial. Kapal-kapal yang dibuat kemudian dipakai untuk mengangkut hasil bumi dari Jawa.

“Waktu itu Lasem ramai sekali. Lebih dari 200 orang bekerja di galangan kapal. Mereka membuat kapal besi sepanjang lebih dari 30 meter,” ungkapnya, September 2008.

Tatkala Jepang datang, mereka bahkan menambah lagi jumlah galangan kapal di sana.

“Tahun 1942 saat Jepang datang, galangan kapal Belanda diambil alih. Jepang membuat dua galangan lagi untuk kapal kayu," lanjutnya.

Jejak Belanda dan Jepang di galangan kapal Desa Dasun masih bisa dilihat dengan adanya tiga pondasi batu dengan bentuk cetakan perahu sepanjang lebih dari 50 meter. Lokasinya persis di pinggir sungai Lasem. Selain itu, ada juga Bong atau makam Belanda yang ada di selatan lapangan Desa Dasun.[hai]

 

Bagikan artikel ini:
Komentar