You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.

Sistem Informasi Desa Dasun

Kec. Lasem, Kab. Rembang, Prov. Jawa Tengah
Info
Laman Resmi Pemerintah Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Sekretariat: Balai Desa Dasun, RT.01,RW.01, Dasun, Lasem, Kode Pos: 59271, No Telp: 085726949461 | Dasun Maju | Desa Pemajuan Kebudayaan Kemendibud |

Telepon Sepanjang Zaman


Telepon Sepanjang Zaman

Dasun-rembang.desa.id-KOMUNIKASI jarak jauh jadi hal lumrah saat ini. Dalam beberapa detik, pertukaran informasi bisa dilakukan dari satu titik ke titik lain. Bentuk komunikasinya pun beragam tak sebatas sambungan suara, tapi bisa juga teks, gambar, pesan audio, atau bahkan audio visual. Model komunikasi ini dimungkinkan berkat evolusi pesawat telepon yang berubah seiring zaman.

Kemunculan telepon di Indonesia bermula ketika Belanda membangun sambungan telepon di Batavia pada 1882. Penyedianya Posterijen Telegrafie Telefonie (PTT), perusahan milik pemerintah kolonial. Telepon pun jadi sarana yang bisa dinikmati di rumah-rumah meski terbatas di kalangan pejabat dan orang kaya. Dari Royal KPN Belanda, panggilan telepon internasional pertama yang dilakukan Hinda-Belanda terjadi pada 1929 dengan tujuan Amsterdam yang berjarak 12000 kilometer.

Panggilan luar negeri termasuk langka dan mewah di zaman itu, sebab sentral telepon masih manual dan teknologinya pun masih sangat terbatas. Namun, teknologi, sistem, dan fungsi telepon terus berubah makin canggih dari masa ke masa. Berikut evolusinya:

Telepon Engkol

Ini merupakan telepon generasi pertama yang dipasang ke publik menggunakan jaringan telepon tetap berkabel. Telepon engkol mulanya tidak punya nomor putar, hanya tuas. Penggunanya harus memutar tuas untuk menyambungkan dengan sentral telepon.

Bel di sentral telepon kemudian berbunyi setelah ada sambungan dari pengguna. Operator lalu menanyakan nomor tujuan telepon, setelah itu menyambungkan dua kabel di papan hubung dan memutar nomor. Bila telepon tujuan berada di sentral telepon berbeda, operator di sentral 1 akan menelepon operator di sentral 2 untuk menghubungkan panggilan.

Sistem ini membutuhkan banyak tenaga kerja untuk menyambungkan telepon, kebanyakan operatornya perempuan, pribumi maupun Belanda. Sistem ini mulai ditinggalkan ketika teknologi sentral telepon otomat dibangun. Namun, beberapa wilayah di Indonesia masih memerlukan operator telepon hingga dekade 1960-an.

Telepon Putar

Telepon ini punya urutan nomor yang melingkar dari 1 sampai 0. Untuk menggunakannya, pengguna harus memasukkan jari ke lubang nomor lalu memutar nomor itu sampai mengenai batas putar dan berbunyi “tik”. Model telepon ini tidak dilengkapi dengan sistem redial sehingga pengguna harus memutar nomor tiap kali akan menghubungi orang.

Sama dengan telepon tuas, sistem yang digunakan telepon putar (rotary dial) masih sinyal analog, yang mengubah gelombang suara jadi gelombang listrik. Meski demikian, telepon ini sudah tidak butuh operator karena sistem switching-nya (sambungan) sudah otomatis. Panggilan akan langsung tersambung ke nomor tujuan tidak lewat operator.

Desainnya dan bahan pesawatnya pun beragam. Ada yang berbentuk lilin dengan mic dan corong suara yang terpisah, terbuat dari besi, atau bergaya klasik. Pada masa transisi dari telepon tuas ke telepon putar, beberapa produsen telepon mengawinkan keduanya sehingga dalam satu telepon terdapat angka melingkar dan tuas untuk diputar. Telepon putar mulai dikenal di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20 dan bertahan hingga dekade 1980-an meski telepon bertombol mulai diperkenalkan ke publik sejak 1960-an.

Telepon Bertombol

Tiap menekan tombol angka pada pesawat telepon, nada-nada tertentu akan berbunyi. Nada ini merupakan sinyal yang dikirim telepon ke sentral otomat, disebut sistem Dual Tone Multi Frequency (DTMF). Tiap nomor punya nada dengan frekuensi berbeda.

Pada pesawat telepon, nomor dideret dari angka satu ke tiga dan kolom dari satu ke angka tujuh. Penempatan ini menampilkan koordinat tiap nomor. Tiap baris punya frekuensi sendiri, yakni 697 Hz, 770 Hz, 852 Hz, dan 941 Hz. Pun halnya dengan tiap kolom, dengan frekuensi 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz. Nada pada angka 1 adalah pengabungan dari frekuensi baris pertama (697 Hz) dengan frekuensi kolom pertama (1209 Hz) yang dibunyikan secara bersamaan. Karena itulah tiap nomor punya nada yang berbeda.

Nada unik ini diterima sentral otomat yang langsung menyambungkannya dengan nomor telepon tujuan. Tombol bintang (*) dan pagar (#) dibuat untuk memungkinkan komunikasi otomatis untuk akses komputer. Tekonologi ini bikin penggunanya bisa melakukan panggilan dengan lebih cepat, fasilitas tambahan seperti redial, dan telepon jarak jauh.

NMT

Tidak seperti pendahulunya yang merupakan telepon tetap berkabel, Nordik  Mobile Telephone (NMT) ialah telepon nirkabel keluaran pertama yang beroperasi di Indonesia. Teknologi yang mulanya dikembangkan di Swedia dan Norwegia pada 1981 ini mulai beroprasi di Indonesia pada 1986.

Telepon NMT beroprasi dengan sistem otomat untuk melakukan panggilan namun masih mengunakan sinyal analog dengan frekuensi 450 MHz untuk mengirimkan suara. Meski julukannya telephone mobile, bentuknya masih amat besar sehingga tak mungkin masuk saku, melainkan harus ditenteng atau ditaruh di mobil. Komunikasi yang ditawarkan masih sebatas telepon lokal di sekitar Jakarta dan Jawa Barat. NMT juga belum bisa untuk mengirim pesan digital.

AMPS

Pada 1991, Telkom bekerjasama dengan perusahaan swasta mengeluarkan telepon seluler dengan teknologi lebih baru, Advanced Mobile Phone System (AMPS). Sistem transmisi AMPS masih analog seperti NMT dengan frekuensi jauh lebih tinggi, yakni 800-900 MHz sehingga makin minim gangguan. AMPS dikenal juga sebagai teknologi seluler generasi pertama (1G).

Fungsi AMPS hampir sama seperti NMT, hanya saja perangkatnya lebih kecil, sekira 40cm. Jika dibandingkan dengan ponsel era kini, ukurannya jauh lebih besar.

Ponsel GSM

Global System Mobile (GSM) merupakan teknologi yang dikembangkan di Eropa dan Amerika Serikat pada 1980. Pengembangan ini berlangsung selama satu dekade hingga diluncurkan ke pasar pada 1990-an. Pemerintah berusaha memasukkan teknologi ini sehingga bisa digunakan di Indonesia.

Fasilitas pendukung sistem GSM mulai dibangun Telkom pada 1993 hingga kelar dua tahun setelahnya. Model ponsel GSM yang beredar di Indonesia pun beragam seiring dengan liberalisasi perangkat yang dilakukan pemerintah menyusul perjanjian dengan World Trade Organization.

Dengan model penjualan ini, pengguna ponsel bisa memilih ponsel apapun tanpa harus berganti nomor. Fasilitas yang ditawarkan jauh di atas NMT dan AMPS. Teknologi yang disebut 2G ini, bisa digunakan untuk berkirim pesan digital di samping menelepon dengan jangkauan yang lebih luas.  Sebabnya, sistem pengiriman sinyalnya sudah digital, tidak analog seperti NMT dan AMPS.

Mulanya, ponsel ini muncul dengan layar monokrom. Pada perkembangannya, muncul layar berwarna hingga dilengkapi dengan kamera.

Smartphone

Ada banyak fitur yang ditawarkan dalam satu genggaman tangan. Menelepon, mengirim pesan, memotret, mengetik, membaca buku digital, mendengarkan musik, menonton film, hingga berselancar di internet. Itulah kenapa telepon genggam masa kini disebut ponsel pintar (smartphone) lantaran kemampuannya sudah setara dengan komputer.

Penulis: Nur Janti/ Historia.id

Ponsel pintar sebenarnya sudah beredar di Indonesia sejak 2005-an. Kala itu Nokia mengeluarkan ponsel pintar dengan sistem operasi Symbian. Namun, ponsel pintar masih kurang populer lantaran fasilitas penunjuang seperti BTS dan ketersediaan layanan internet mobile (3G) belum semasif sekarang.

Ketika teknologi layanan komunikasi 4G beroperasi Indonesia pada 2014, ponsel pintar jadi barang biasa yang dimiliki hampir semua orang.

Bagikan artikel ini:
Komentar