Dasun-rembang.desa.id-Siapa orang Lasem yang tak kenal dumbeg? Kalau tak kenal mungkin jalan-jalannya kurang jauh. Dumbeg merupakan kuliner khas Rembang, terlebih di Lasem dumbeg senantiasa hadir dalam setiap acara pesta rakyat seperti kenduri dan sedekah bumi.
Bentuknya mengerucut runcing, seolah terompet. Berbungkus daun lontar. Teksturnya lembut dan kenyal. Rasanya manis alami. Dumbeg bahkan telah menjadi hidangan sajian untuk tamu sejak zaman wali. Dalam memproses makanan khas inipun tidak sederhana, tidak sekedar camilan yang dibuat cepat saji. Ketekunan memilih bahan alami, dan kesabaran dalam mengolah adonan adalah kunci berhasilnya membuat makanan ini.
Daun lontar, sebagai pembungkus adonan menunjukkan bahwasanya Rembang memiliki kekayaan alami berupa pohon lontar yang semua bagian dari pohonnya dapat dimanfaatkan. Daun lontar yang lemas, gampang dibentuk, tidak kaku melambangkan sifat hamba yang tawadhu’. Selain menjadi pembungkus makanan, telah sejak lama, daun lontar menjadi bahan menulis kitab-kitab pustaka. Maka, tak heran jika Lontar melambangkan juga dasar ilmu pengetahuan, dasar segala tanda dapat dibaca.
Dibuat mengerucut dari pangkal sampai ujung dengan rapi, menandakan ketekunan jika ingin menggapai puncak kemuliaan. Ditata bertahap dari kecil sampai besar menandakan tahapan-tahapan kehidupan akan dimulai dari yang paling kecil sampai yang paling besar, akan dialami oleh manusia. Didalamnya berisi adonan jajanan Dumbeg yang manis dan kenyal memberi arti bahwa setelah segala makna yang menjadi bungkus dumbeg dapat diwudar atau dilepaskan maka saat itulah seseorang akan menemukan manisnya hidup dan laku spiritual.
Adonan dumbeg dibuat dari tepung beras, gula jawa / gula nira, santan kelapa dan potongan krambil. Semuanya menandakan tanah bumi Rembang, Lasem khususnya adalah tanah yang gemah ripah loh jinawi. Beras sebagai makanan pokok orang jawa tumbuh subuh. Gula memberi kekuatan pada tubuh. Dan sifat dari Kelapa adalah menetralisir segala racun dan kekotoran badaniah, sekaligus perlambang untuk membersihkan kekotoran jiwa.
Memahami Dumbeg sebagai warisan kuliner masyarakat Rembang, adalah memahami kearifan lokal yang ditinggalkan oleh para leluhur. Memahami Dumbeg adalah memahami laku perjalanan manusia untuk sampai pada kesejatian sekaligus cara untuk dapat memperoleh manisnya kehidupan. Segalanya mesti ditempuh dengan tekun, tawadhu’, berilmu, bersabar, dan bersih lahir batin. (galih pandu adi)