dasun-rembang.desa.id- Jakarta, 22 Agustus 2024. Setelah mendapatkan penghargaan dari MURI untuk lukisan garam terbesar di dunia, para petani garam dari Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang kembali unjuk karya dalam sebuah pameran berskala internasional. Dalam pameran bertajuk Arthefact 3.0 yang diselenggarakan oleh Museum Bahari Jakarta ini, para petani garam Dasun Kembali memamerkan karya lukisan garamnya bersama peserta dari Indonesia dan Luar negeri, yaitu Korea Selatan, Singapura, Spanyol, Portugal, Argentina dan Chili.
Museum Bahari mengundang para petani garam Desa Dasun untuk berpartisipasi dalam pameran Arthefact 3.0 ini karena lukisan garam mereka dianggap spesial. Mis’ari Kepala Museum Bahari Jakarta mengatakan bahwa karya lukisan para petani Desa Dasun menggunakan media yang sangat dekat dengan kebaharian. Mis’ari juga berharap agar karya ini bisa diapresiasi dan menginspirasi banyak orang. Para petani garam Dasun memang memiliki ikatan yang kuat dengan tambak dan garamnya. Bagi mereka pembuatan garam bukan hanya merupakan aktivitas produksi komoditas, namun merupakan bagian dari praktik kebudayaan atas pengetahuan tradisional yang diwariskan olah para pendahulunya. Dengan ikatan emosional serta pemahaman atas karakter fisik garam yang dimiliki, bersama dengan Eggy Yunaedi -seorang perupa kelahiran Rembang- mereka telah mengembangkan garam sebagai media ekspresi. Dengan lukisan garamnya para petani tersebut bisa menyampaikan narasi sekitar keseharian mereka dengan resonansi yang lebih kuat.
Pada pameran Arthefact 3.0 kali ini para petani garam Dasun menampilkan lukisan berjudul “Kolam Susu, Memory of the Future” yang berbicara tentang kehidupan, permasalahan dan harapan nelayan Dasun. Empat warga Dasun, yaitu Mulyono, Arif Yulianto, Angga Hermansah serta Achirudin Bayu Christiyanto memiliki waktu tiga hari untuk menggubah butiran-butiran garam menjadi citra ikan, udang, cumi-cumi dan rajungan yang membentuk formasi ananta (invinity). Simbol ananta ini mencerminkan memori yang diproyeksikan menjadi harapan nelayan akan perikanan yang menghidupi, lestari dan berkesinambungan. Terinspirasi oleh lagu Koes Plus yang berjudul Kolam Susu, para petani pun memberi judul “Kolam Susu, Kenangan akan masa yang Akan Datang” pada lukisan mereka.
Thema tentang kelestarian alam diangkat oleh petani garam Dasun karena mereka dan nelayan sama-sama tergantung pada alam yang sangat mempengaruhi kelangsungan pekerjaan mereka. Eksan Ali Setyonugroho, Sekretaris Desa Dasun yang mendampingi warganya selama di Jakarta mengatakan bahwa budidaya bandeng dan produksi garam yang berkualitas sangat tergantung pada pasokan air yang baik dan tidak tercemar. Kepala Desa Dasun menimpali bahwa untuk setiap butir garam yang berkualitas dibutuhkan bumi yang lestari. Sementara itu Eggy Yunaedi yang telah berkolaborasi dan mendampingi para petani garam sejak karya mereka yang pertama mengatakan bahwa lukisan garam ini merupakan ungkapan artistik para petani garam atas kehidupan saudara sedesa mereka yang berprofesi sebagai nelayan. Lukisan garam ini adalah sebuah potret kecil, bidikan orang-orang yang terkait langsung dari permasalahan besar sekitar krisis lingkungan yang dihadapi oleh dunia.
Arthefact 3.0 adalah program pameran temporer tahunan yang digagas Museum Bahari Jakarta. Pada pameran ini museum akan menuturkan narasi yang disampaikan melalui media seni instalasi. Dengan mengambil thema “Berbagi Warisan Budaya Berbagi Kenangan” Arthefact 3.0 mempresentasikan kapal-kapal monumental yang telah diakui sebagai warisan budaya dan kenangan kolektif dunia tentang sejarah maritim. Kapal-kapal ini diwujudkan melalui materi budaya dan instalasi seni hasil kolaborasi beberapa lembaga, museum, komunitas dari tanah air dan luar negeri. Kapal-kapal monumental Nusantara yang dihadirkan antara lain adalah relief perahu Jung Jawa pada candi Borobudur, perahu Punjulharjo, perahu Lambur, perahu Tirtamaya, perahu Banda, serta perahu Phinisi. Sedangkan beberapa negara sahabat yang hadir akan menghadirkan kapal-kapal legenda mereka yang pernah memiliki peran penting pada jamannya. Pameran ini dibuka pada tanggal 22 Agustus dan akan berlangsung hingga 20 Oktober 2024. Di tempat yang sama, pada tanggal 23 Agustus 2024 juga akan diselenggarakan diskusi publik dengan acara artist talk, di mana para peserta Arthefact 3.0 akan menyampaikan konsep, latar belakang dan segala sesuatu yang berkaitan dengan karyanya kepada khalayak yang hadir.