You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.

Sistem Informasi Desa Dasun

Kec. Lasem, Kab. Rembang, Prov. Jawa Tengah
Info
Laman Resmi Pemerintah Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Sekretariat: Balai Desa Dasun, RT.01,RW.01, Dasun, Lasem, Kode Pos: 59271, No Telp: 085726949461 | Dasun Maju | Desa Pemajuan Kebudayaan Kemendibud |

Faktor Rusaknya Terumbu Karang Pulau Gosong dan Model Pelestariannya


Faktor Rusaknya Terumbu Karang Pulau Gosong dan Model Pelestariannya

oleh Siti Hajar dan Nurul Huzaimah

SMAN 1 Pamotan, Kabupaten Rembang, Tahun 2016

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang

Indonesia adalah Negara Bahari. Limpahan terumbu karang merupakan salah satu sistem pendukung kehidupan terpenting dunia yang memiliki peran penting bagi kehidupan makhluk hidup. Baik yang ada didarat maupun dilaut, terutama terumbu karang yang ada di pulau Gosong desa Dasun.

Terumbu karang di pulau Gosong ini dalam keadaan yang sangat kritis dan terancam. Karena kurangnya penjagaan ataupun pelestarian terhadap terumbu karang di desa Dasun. Padahal secara nyata terumbu karang di pulau gosong ini memiliki fungsi yang vital bagi para penduduk desa masyarakat dasun. Diantaranya ialah sebagai bentuk ekonomi masyarakat dasun, sebagai habitat biota laut, serta sebagai kunjungan wisata.

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar dan melimpah. Serta keanekaragaman hayati laut yang tidak terhitung jumlahnya. Salah satunya yaitu terumbu karang. Terumbu karang Indonesia memegang peranan penting dalam menyeimbangkan ekosistem laut. Oleh karena itu terumbu karang harus dilindungi dan dikembangkan secara terus- menerus baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Terumbu karang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Hal inilah yang menyebabkan keadaan terumbu karang mengalami kerusakan yang sangat parah, yang disebabkan oleh salah satu kegiatan manusia. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan, agar terumbu karang tetap lestari dan bisa di manfaatkan dengan baik.

Terumbu karang ini harus kita lestarikan dengansebaik- sebaiknya. Karena terumbu karang merupakan masa depan anak cucu kita. Selain itu terumbu karang memiliki manfaat. Baik bagi biota laut maupun manfaat untuk manusia. Dengan kami melakukan penelitian tentang terumbu karang di pulau Gosong desa Dasun Lasem di Kabupaten Rembang untuk memberitahukan kepada masyarakat sekitar akan adanya terumbu karangyang perlu diperhatikan kelestariannya. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat serta mengajak untuk menjaga kelestarian terumbu karang tersebut.

Terumbu karang memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Untuk itu tidak boleh diremehkan baik oleh masyarkat maupun pemerintah. Salah satu untuk melestarikan terumbu karang yaitu dengan menyadarkan masyarakat setempat dan melakukan observasi lapangan untuk mengetahui keadaan terumbu karang. Sehingga berbagai manfaat terumbu karang lainnya akan tetap lestari dengan baik dan manfaat tersebut dapat dirasakan oleh manusia dimasa yang akan datang.

 

  • Identifikasi Masalah

Fungsi terumbu karang di pulau Gosong saat ini hanya sebagai tempat kunjungan yang kurang menarik disebabkan tumbuhan terumbu karang yang ada di sana mulai berkurang dan terumbu karangpun sudah banyak yang mati. Hanya beberapa yang masih hidup. Terumbu karang di Dasun ini memiliki beberapa fungsi bagi habitat laut, sebagai fungsi ekonomi dan wisata. Salah satu fungsi bagi para habitat laut ialah sebagai tempat hidup dan tempat berkembang biak dengan adanya terumbu karang yang lestari.

Sedangkan untuk fungsi ekonomi bagi masyarakat Dasun ini adalah biota laut, misalnya ikan. Dan ini merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat dasun. Yang awalnya para nelayan ini memperoleh ikan ataupun habitat lain dengan jumlah yang banyak, namun sekarang penghasilannya menurun. Ini diakibatkan karena rusaknya terumbu karang. Selain itu, terumbu karang di pulau Gosong yang menjadi kritis maupun terancam salah satunya karena terumbu karang yang ada di sana digunakan untuk pondasi rumah. Para manusia melakukan itu karena mereka belum mengerti apa manfaat terumbu karang yang sebenarnya bagi mereka. Namun, saat ini manusia tidak lagi mengambil terumbu karang, karena jumlah terumbu karang yang ada di pulau Gosong ini jumlahnya semakin berkurang.

Selain itu, terumbu karang di pulau gosong ini juga dapat digunakan sebagai wisata bagi para pengunjung. Oleh karena itu, terumbu karang yang ada di pulau gosong ini harus kita dilestarikan dengan baik. Walaupun saat ini keadaannya sangat kritis dan terancam,.kita sebagai generasi muda harus memiliki rasa tanggung jawab untuk melestarikan terumbu karang yang kita miliki.

Untuk tetap melestarikan fungsi terumbu karang yang sebenarnya, kita sebagai generasi muda harus lebih aktif dalam melestarikan terumbu karang tersebut. Dengan cara memberikan sosialisasi terhadap para masyarakat tentang fungsi dan cara bagaimana masyarakat melestarikan terumbu karang yang ada disekitarnya, serta memberikan kesadaran terhadap masyarakat.

Berdasarkan hal di atas, kita dapat mengetahui perkembangan dan keberadaan terumbu karang pada saat ini di pulau Gosong, serta untuk memproyekkan bagaimana cara melestarikan terumbu karang kedepannya. Berdasarkan hal di atas, masalah yang dapat diidentifikasi diantaranya sebagai berikut;

  1. Faktor-faktor apa sajakah yang membuat terumbu karang menjadi rusak?
  2. Biota apa saja yang akan terganggu jika terumbu karang mengalami kekurangan.
  3. Bagaimana perubahan fungsi terumbu karang pada saat ini?
  4. Bagaimanakah perilaku masyarakat maupun pemerintah tentang keadaan terumbu karang tersebut?
  5. Bagaimanakah cara membudidayakan ataupun melestarikan terumbu karang yang rusak?

 

  • Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut;

  1. Faktor apa sajakah yang menyebabkan terumbu karang rusak?
  2. Bagaimana model pelestarian terumbu karang tersebut?

 

  • Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui banyak sekali faktor yang menyebabkan terumbu karang semakin merusak. Adanya faktor-faktor muncullah ajakan untuk melestarikan terumbu karang yang saat ini sedang rusak. Adapun tujuan sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan terumbu karang di pulau gosong.
  2. Untuk mengetahui cara melestarikan terumbu karang yang ada di pulau gosong.

 

  • Manfaat Penenlitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah:

  1. Sebagai manfaat Ekologi

Manfaat ekologi ini untuk mengembalikan keseimbangan ekologi agar fungsi-fungsi itu dapat terwujud dengan baik bagi masyarakat desa.

  1. Manfaat bagi Nelayan

Dalam hal ini terumbu karang memiliki manfaat bagi para nelayan. Karena ikan yang mereka dapat setipa harinya itu tergantung tempat berkembang-biaknya ikan, yaitu terumbu karang dan tidak mengancam aktivitas para nelayan.

  1. Manfaat bagi Peneliti

Dapat digunakan untuk hasanah dalam mengetahui pengembangan dan keberadaan terumbu karang saat ini dan untuk memproyekkan bagaimana cara melestarikan terumbu karang ke depan.

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

  • Terumbu Karang

2.1.1 Definisi Terumbu Karang

Menurut Hidayati (2015) terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini mempunyai keanekaragaman biota yang tinggi. Sebagai sumber daya hayati, terumbu karang menghasilkan berbagai produk bernilai ekonomi tinggi, seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara. Ribuan bangunan terbuat dari batu dan tumbuh-tumbuhan membentuk tanaman memancarkan kemilau yang indah untuk dinikmati. Semua iu seperti menari-nari tersapu gelombang air laut. Beragam ikan berlalu-lalang di sekitarnya dan bersama-sama membentuk sebuah ekosistem.

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filumCnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel . Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi .

Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui. Terumbu karang bukan saja perlindungan semata, namun secara seimbang melaksanakan upaya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan terhadap sumberdaya tersebut.

 

2.1.2 Jenis-jenis Terumbu Karang

Sebagian janis terumbu karang yang ada, antara lain sebagai berikut:

  1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar.Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu karag jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

1.Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5¬2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah.

2.Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua).

3.Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).

 

2.1.3 Manfaat Terumbu Karang

Manfaat Terumbu Karang Secara Ekologi

  1. Penunjang Kehidupan

Sebagai sebuah ekosistem, secara langsung terumbu karang menjadi penunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Terumbu karang menyediakan tempat tinggal, mencari makan, dan berkembang biak bagi berbagai biota laut. Rusaknya terumbu karang akan berpengaruh langsung bagi kelangsungan hidup dan kelestarian berbagai hewan dan tumbuhan di laut.

  1. Sumber Keanekaragaman Hayati yang Tinggi

Terumbu karang menjadi ekosistem dengan keanekaragaman hayati yang tertinggi dibandingkan dengan ekosistem laut lainnya. Dengan tingkat keanekaragaman sejati yang tinggi maka terumbu karang menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies. Keanekaragaman genetik menjadikan ditemukannya keberagaman variasi maskhluk hidup yang memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi. Sedang keanekaragaman spesies berarti akan semakin banyak jenis biota yang dapat dimanfaatkan.

  1. Pelindung Pantai dan Pesisir

Terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau merupakan ekosistem yang saling terkait dalam melindungi pantai dan daerah pesisir. Terumbu karang mampu memperkecil energi ombak yang menuju ke daratan. Energi ini kemudian diperkecil lagi dengan adanya padang lamun dan hutan bakau (mangrove). Sehingga ombak tidak merusak pantai atau menyebabkan abrasi pantai. Dan ekosistem di pantaipun dapat terlindungi.

  1. Mengurangi Pemanasan Global

Gas CO2, selain diserap oleh hutan, juga diserap oleh air laut. Malalui reaksi kimia dan batuan karang, CO2 akan diubah menjadi zat kapur yang bahan baku terumbu. Dalam proses yang disebut sebagai kalsifikasi ini, karang dibantu oleh zooxanthellae, tumbuhan bersel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang.

 

Manfaat Terumbu Karang Secara Ekonomi

  1. Sumber Makanan

Terumbu karang menjadi tempat hidup dan berkembang biak berbagai biota laut. Tidak sedikit diantara biota tersebut yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh manusia. Seperti rumput laut yang dijadikan agar-agar, berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan teripang.

  1. Sumber Bahan Dasar untuk Obat dan Kosmetik

Berbagai jenis alga dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik dan bahan pembungkus kapsul. Berbagai hewan laut pun diketahui memiliki senyawa kimia yang berguna sebagai bahan antibiotika, anti radang, dan anti kanker. Selain itu, diyakini, masih banyak lagi berbagai jenis biota laut yang belum tergali potensinya.

  1. Sebagai Objek Wisata

Keindahan ekosistem terumbu karang membuat takjub wisatawan. Berbagai kawasan terumbu karang dijadikan Taman Laut, lokasi snorkeling dan menyelam, dan wisata laut lainnya.

  1. Sumber Mata Pencaharian

Keberadaan terumbu karang menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Masyarakat memiliki mata pencaharian baik sebagai nelayan, petani rumput laut, dan sebagainya. Pengembangan terumbu karang ,menjadi objek wisata pun mampu menciptakan berbagai lapangan pekerjaan bagi masyarakat mulai dari pemandu wisata, penginapan, penyewaan kapal, warung makan dan cinderamata, serta profesi-profesi lainnya.

  1. Sumber Bibit Budidaya

Berbagai jenis ikan, teripang, dan rumput laut yang hidup di terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai bibit untuk budidaya.

 

Manfaat Terumbu Karang Secara Sosial

  1. Penunjang Kegiatan Pendidikan dan Penelitian

Terumbu karang bermanfaat dalam kegiatan pendidikan terutama untuk mengenal ekosistem pesisir, mengenal tumbuhan dan hewan laut, dan pendidikan cinta alam. Selain itu terumbu karang berperan juga sebagai sarana penelitian.

  1. Sarana Rekreasi Masyarakat

Terumbu karang dengan keindahannya dapat dijadikan sarana rekreasi oleh masyarakat.

Itulah berbagai peran dan manfaat terumbu karang baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial. Mengingat besarnya manfaat yang dapat dirasakan oleh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka terumbu karang perlu dijaga dan dilestarikan.Seperti adanya pemutihan terumbu karang, serta dilakukan upaya-upaya lain yang bisa dilakukan untuk mencegah kerusakan terumbu karang.

 

  • Perusak Terumbu Karang

1.Kerusakan Terumbu Karang karena Manusia

Kegiatan manusia berpengaruh besar terhadap terjadinya kerusakan terumbu karang. Hasil studi menunjukkan sekitar 58% terumbu karang di dunia rusak akibat aktivitas manusia. “Kerusakan terumbu karang dapat disebabkan aktivitas langsung manusia atau disebabkan proses alam itu sendiri. Namun, studi menunjukkan sebagian besar kasus disebabkan kegiatan manusia. Terumbu karang mulai mengalami pemutihan dan kematian akibat perubahan laut dan kondisi iklim, negara berkembang di wilayah tropis.Terumbu karang merupakan pendukung utama industri perikanan pantai.

2.Kerusakan Terumbu Karang karena Alam

Selain secara fisik, kerusakan ekosistem terumbu karang juga dapat digolongkan sebagai kerusakan akibat oleh proses-proses alam. Kerusakan biologi/alami dapat berupa kerusakan yang disebabkan oleh hewan predator atau karena benar-benar merupakan keajaiban alam seperti bencana El-Nino, Pemanasan Global (global warming), La-Nina, Topan (storm ), gempa (earthquake) dan banjir (floods ). Secara umum, kerusakan biologis/alami ekosistem terumbu adalah sebagai berikut :Torn of CrownSea Star (Acanthaster Plancii ).

Bintang laut berduri merupakan hewan pemangsa karang yang cukup ganas. Beberapa ratus ekor bintang laut ini dapat mematikan berhektar-hektar terumbu karang dalam kurun waktu yang cepat. Di perairan Maluku, hewan ini biasanya blooming (dalam kepadatan yang sangat tinggi : 25-50 ekor/m2) setelah musim hujan. Penyebab blooming dari hewan ini belum diketahui dengan jelas. Kerusakan terumbu yang disebabkan hewan ini perlu mendapat perhatian yang serius pada program Coremap, dengan melakukan pemantauan jumlah, terutama pada masa-masa blooming.

3.Dampak Pemanasan Global bagi Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang tersusun dari berbagai hewan karang dan zooxanthellae dengan warna, bentuk, dan ukuran bervariasi yang saling bersimbisis. Meskipun terlihat sangat kukuh, terumbu karang sebetulnya rentan terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan alam global dan iklim dunia menyebabkan suhu air laut mengalami kenaikan. Kenaikan suhu 2 derajat dapat membunuh sebagian besar ekosistem terumbu karang dan memusnahkan sebagian besar sumber daya ikan. Tanpa penanganan yang serius, ekosistem terumbu karang dapat mengalami kepunahan.

Kenaikan suhu 2-3 0 C menyebabkan fenomena Coral Bleaching atau karang yang berubah menjadi putih. Fenomena pemutihan ditemukan pada awal abad ini. Proses pemutihan karena terganggunya hubungan simbiosis yang bersifat mutualistik. Ketika terjadi kenaikan suhu air laut, zooxanthellae yang hidup dalam jaringan polip karang akan keluar. Karangpun berubah warna menjadi putih karena warna karang ditentukan oleh pigmen yang ada dalam zooxanthellae. Keluarnya zooxanthellae menyebabkan terumbu karang mati. Sebaliknya, zoox 4. Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang

4. Dampak kerusakan ekosistem terumbu karang

Menyebabkan kerugian besar bagi manusia, baik secara ekologis, edukatif, maupun ekonomis. Kerusakan ekosistem terumbu karang mengakibatkan ekologi terumbu karang terganggu sehingga menyebabkan bencana dan produksi perikanan menurun.

Populasi ikan di Indonesia mengalami penurunan drastis karena kerusakan ekosistem terumbu karang. Ikan sulit untuk berkembang biak dan mencari makan karena kerusakan terumbu karang. Terganggunya ekosistem tersebut menyebabkan pertumbuhan ribuan ikan atau hewan karang terhambat. Nelayan kesulitan mencari ikan dan akhirnya masyarakat semakin sulit mengkonsumsi ikan.

Pesisir pantai terancam terkena abrasi karena ketidakadaan benteng yang melindunginya dari amukan gelombang. Daerah pesisir menjadi kawasan yang tidak aman untuk dijadikan tempat tinggal. Daya tarik pariwisata bahari semakin hilang karena ketidakadaan terumbu karang.

Keindahan terumbu karang dan tanaman laut dengan keanekaragaman biotanya akan tinggal kenangan apabila tidak ada upaya penyelamatan yang intensif. Laut Indonesia yang semula menjadi laboratorium laut pun dapat terancam keberadaannya apabila kerusakan terumbu karang tidak segera ditangani. Panthellae pun akan mati karena kehidupannya sangat tergantung pada zat organik yang berasal dari karang.

 

  • Pengendalian Kerusakan Terumbu Karang

Akumulasi dari berbagai faktor penyebab kerusakan terumbu karang di Indonesia menyebabkan kondisi kritis pada beberapa terumbu karang. Untuk mengantisipasinya, pemerintah membuat kebijakan pengendalian meliputi pencegahan, penanggulangan, pemantauan, dan pemulihan.

Pencegahan dan penanggulangan dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut:

  • Masyarakat diberdayakan agar memahami pentingnya terumbu karang dan manfaat yang dapat dipetik dari terumbu karang yang lestari
  • Masyarakat dilibatkan dalam hal budi daya, pariwisata, dan pengembangan usaha kerajinan tangan.
  • Masyarakat pesisir pantai dapat dilibatkan sebagai pengamat terumbu karang yang bertugas menyampaikan informasi apabila ada kerusakan.

Kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan terumbu karang perlu dipantau oleh instituti yang berkompeten, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Penanganan terumbu karang harus melibatkan berbagai instansi terkait, seperti pengelola kawasan, aparat keamanan, pemanfaat sumber daya, dan pemerhati lingkungan. Hal itu akan terlaksana dengan baik apabila ada upaya penegakan hukum yang maksimal.

Upaya pemulihan dilakukan dengan menetapkan zonasi dan rehabilitasi. Zonasi dilakukan untuk menetapkan kawasan terumbu karang yang rusak atau menetapkan letak zona penangkapan ikan dan zona konservasi. Rehabilitasi dilakukan dengan cara meningkatkan populasi karang, mengurangi alga yang hidup bebas, dan meningkatkan ikan-ikan karang.

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

Penelitian ini dilakukan selama satu minggu, sejak tanggal 13 Oktober sampai tanggal 20 Oktober. Tanpa henti kami mencari berbagai informasi dan data-data tentang terumbu karang yang ada di pulau Gosong, di desa Dasun. Pelaksanaan penelitian ini di mulai dengan mencari beberapa pengetahuan referensi dari internet, dan dari beberapa referensi hasil karya terdahulu. Kemudian menyusul pada pelaksanaan wawancara dengan cara menemui Bapak Sujarwo sebagai kepala desa Dasun.

Dari SMA N 1 Pamotan kita berangkat sekitar jam dua siang, dan lama perjalanan dari SMA ke desa Dasun kurang lebih selama satu jam. Sampai di rumah Bapak Sujarwo tanpa basa basi kami langsung menyapa Bapak Sujarwo untuk memulai wawancara pada sore hari. Dengan senang hati Bapak Jarwo menjawab semua pertanyaan kami.

Bapak Sujarwo menceritakan tentang asal usul rusaknya terumbu karang yang ada di pulau Gosong. Bahwa rusaknya terumbu karang yangada di pulau gosong ini disebabkan oleh kegiatan manusia. Mereka melakukan hal seperti itu dikarenakan mereka belum mengerti fungsi terumbu karang yang sebenarnya. Serta adanya tekanan ekonomi yang membuatnya melakukan hal seperti itu. Biasanya mereka mengambil terumbu karang digunakan untuk membuat pondasi rumah.

Walaupun dulu Bapak Sujarwo juga sebagai nelayan. Ia berusaha untuk memberitahukan kepada para nelayan yang lain dan kepada masyarakat desa Dasun, agar mereka berhenti melakukan hal seperti itu. Namun cara Bapak Jarwo ini belum berhasil. Bukan terima kasihlah yang Bapak Sujarwo dapatkan. Hanya omelan dan kebencian masyarkatlah yang Beliau dapatkan dari teman nelayan dan warga setempat.

Dan untuk saat ini bapak Sujarwo berharap bagi para pemuda-pemuda desa Dasun agar melakukan beberapa tindakan untuk menyelamatkan terumbu karang yang ada di pulau Gosong. Walaupun Bapak Sujarwo itu tidak tahu apakah penyelamatan ini masih bisa dilaksanakan untuk menyelamatkan terumbu karang itu ataukah sudah terlambat Bapak Sujarwo belum mengetahui secara pasti. Yang terpenting bagi Bapak Sujarwo saat ini adalah berusaha dan mengupayakan agar terumbu karang di pulau Gosong tetap terjaga kelestariannya.

Setelah wawancara selesai, kami langsung berpamitan kepada Bapak Sujarwo dan langsung melanjutkan tahap yang kedua yaitu observasi lapangan di pulau Gosong untuk mengetahui keadaan pualu tersebut dan mengetahui kondisi terumbu karang yang ada di sana. Untuk mendapatkan data ini kami tidak hanya bersumber dari hasil wawancara. Namun kami juga harus melakukan obsevasi lapangan untuk membuktikan kepastian data yang kami dapatkan dari berbagai informan. Untuk sampai ke pulau Gosong kami membutuhkan transportasi laut berupa perahu. Sampai di sana kamipun mendapat sebuah kejutan yang sangat luar biasa. Keadaan terumbu karang ini benar-benar sangat memprihatinkan. Sebagian besar terumbu karang yang ada di pulau Gosong sudah banyak yang rusak (tidak berfungsi).

Kami juga melakukan wawancara dengan mas Nanang (nelayan), Bapak Muntolo (nelayan), mas Exsan (mahasiswa asli Dasun), dan pemerhati konservasi yaitu bapak Widadi. Langkah terakhir setelah observasi lapangan adalah pengolahan data dan menganalisis data. Seluruh data yang kami dapatkan baik dari wawancara dari berbagai informan maupun observasi lapangan kami jadikan satu. Setelah terkumpul, barulah kita kelompokkan ke bagian-bagian yang telah kami tentukan. Kami menganalisis dan kami susun sampai menjadi sebuah laporan penelitian.

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

 

  • Hasil Penelitian
    • Keadaan Terumbu Karang

“Keadaan terumbu karang di pulau Gosong dalam keadaan rusak parah. Kami saat itu belum punya ilmu terkait dengan terumbu karang. Selain itu juga belum ada keberanian untuk melarang orang untuk bermain di karang seenaknya. Akhirnya ya begitulah keadaannya,” tutur Sujarwo.

Menurut Sujarwo,keadaan ini disebabkan oleh salah satu wilayah nelayan yang banyaknya membangun rumah dengan batu-batu karang di pulau gosong. Secara logika nelayan seharusnya wilayah terumbu karang bisa menjadi tempat berkembangbiaknya ikan-ikan, namun bagi nelayan di rusak. Rusak karena mereka belum tahu, belum mengerti ilmunya. Yang mereka tahu hanyalah, ini batu karang dimanfaatkan untuk membangun rumah. Mereka mengambilnya dengan cara dijugili. Dengan cara itulah yang akhirnya menjadikan kondisi terumbu karang disana rusak.

Selai faktor manusia juga ada faktor alam yang merusaknya. Dahulu di pulau Gosong merupakan tempatnya latoh sejenis rumput laut. Latoh bagi orang Rembang dan Lasem dijadikan kudapan urap. Karena ulah manusia yang mencari latoh merusak terumbu karang karena belum mengertinya manfaat terumbu karang. Mereka hanya mengejar ekonomi, karena disana merupakan tempat yang bisa menghasilkan ekonomi jadi mereka mengambil tanpa penghalang sama sekali. Sekarang terumbu karangpun masih ada dibagian dalam.

Disekitar pulau Gosong terdapat pulau-pulau lainnya diantaranya yaitu pulau putri, pulau karang jahe, dan pulau siwalan. Dengan adanya banyak pulau muncullah cara melakukan pelestarian dengan menjadikan pulau Gosong sebagai tempat wisata. Selain faktor-faktor tersebut ada satu faktor yang paling utama yang menyebabkan kerusakan terumbu karang yaitu besar kecilnya ombak yang datang setiap saat.

Menurut Sujarwo, potensi yang ada di desa Dasun membuat sebagian orang bersemangat untuk menjadikan desa Dasun untuk desa wisata. Sangat besar harapannya agar menjadi tujuan wisata yang bagus dan luar biasa. Susur sungai yang menjadikan wisata berbau bahari. Pantai yang memiliki bibir pantai sekitar 3,6 km. Itu kalau benar-benar dikelola dengan baik tidak akan kalah dengan Sanur. Dengan adanya dana dari pemerintah untuk desa tiap tahunnya mendorong masyarakat untuk bisa menciptakan, memulai, untuk menjadikan desa wisata dan sekaligus sebagai pelestarian terumbu karang yang masih ada.

Kami ingin membekali ilmu terkait dengan bagaimana manfaat terumbu karang, fungsi terumbu karang dan materi lainnya yang berhubungan dengan terumbu karang. Bisa dengan basis edukasi ataupun konservasi, pangkas Sujarwo.

 

  • Tradisi Lomban dan terumbu karang

Menurut Exsan lomban adalah sebuah acara paling sakral bagi nelayan yang berada di Dasun dan sekitarnya yang dilaksanakan setahun sekali. Semua perahu milik nelayan-nelayan Dasun yang berjumlah puluhan semuanya keluar dari muara Sungai Dasun secara berbarengan.Puluhan perahu atau jukung tersebut dihias dengan cat yang beraneka warna, serta umbul-umbul juga terpasang cantik di setiap perahu. Lomban bagi nelayan Dasun adalah sebuah ungkapan syukur atas rejeki yang diberikan laut berupa ikan, teri, rajungan, cumi-cumi, ketiping, rebon, udang, dan lainnya. Puncak lomban ketika puluhan perahu tersebut mendarat di Pulau Gosong yang berjarak sekitar 3 Km dari Muara Sungai Dasun.

Sebelum lomban dilaksanakan biasanya para nelayan sudah mempersiapkan segala sesuatu seminggu sebelumnnya.Mereka mulai meng-ngasak perahu di Muara Sungai dengan membersihkan lambung dan bawah perahu dari runti atau lumut. Dengan menggunakan bekas jaring yang sudah tidak terpakai, para nelayan Dasun membersihkanlambung perahu dengan sabar.Biasanya kegiatan membersihkan dan merapikan perahu sebelum lomban ini dilakukan bersama-sama antar nelayan.

Kegiatan bersih-bersih perahu ini konon dimaknai sebagai ungkapan terimakasih nelayan Dasun terhadap perahu yang selama setahun ini banyak membawa rejeki. Runti adalah hewan yang biasanya menempel di kayu yang berada di dalam air asin, hewan ini sifatnya merusak kayu sehingga nelayan tidak menyukainya jika runti menempel di bawah perahunya.

Setelah membersihkan lambung dan bawah perahu, nelayan Dasun kemudian mulai mengecat perahu dengan cat warna warni. Banyak tercipta motif mengecat perahu bagi nelayan Dasun.Ada motif garis, motif lengkak-lengkok, ada motif genderonan, motif polos, dan lain-lain. Selain itu biasanya nelayan Dasun juga memberikan nama perahu tersebut. Nama-nama perahu ada beraneka ragam, contohnya: Sumber Rejeki, Welas Asih, Wibisono, Sumber Laut, Baru Klinting, Ojo Dumeh, Nerima Ing Pandum, dan lain-lain.

Saat proses pengecatan perahu, biasanya isteri nelayan mengirimkan makanan dengan membawa anaknya. Biasanya isteri nelayan ke Muara Sungai untuk mengirimkan makanan sekitar pukul 14.00 WIB, tegas insatan Exsan.

Anak yang dibawa itu kemudian bermain di Muara Sungai Dasun dengan pantauan orangtuanya, di sana dia juga bertemu dengan teman-teman sebayanya yang juga ikut ibunya mengirimkan makanan untuk ayahnya yang sedang mengecat perahu, tambah Exsan.

Satelah perahu selesai dicat, nelayan mempersiapkan umbul-umbul atau bendera-bendera untuk dipasang diperahu. Biasanya antar nelayan berlomba-lomba memasanng bendera sebesar mungkin.Konon semakin banyak dan besar bendera yang dipasang di perahu, maka semakin percaya diri nelayan tersebut mengikuti prosesi lomban atau sedekah laut.

Lomban atau Sedekah Laut biasanya dimulai pukul 09.00 WIB.Biasanya lomban dilaksanakan sebelum tontonan ketoprak di sore dan malam harinya.Lomban tidak hanya diikuti oleh seluruh masyarakat Dasun saja, melainkan dari desa-desa lainnya di Kecamatan Lasem bahkan Rembang.Puluhan perahu yang mengikuti prosesi lomban menunggu perahu inti pembawa sesaji ditambatan perahu Sungai Dasun.Setelah perahu pembawa sesaji berangkat, maka puluhan perahu mengikuti di belakangnya.Biasanya perahu pembawa sesaji dilengkapi juga dengan musik gamelan untuk mengiring sesaji menuju ke laut.

Perahu-perahu yang mengikuti lomban membawa aneka jajanan pasar untuk dimakan saat di Pulau Gosong. Sebelum ke Pulau Gosong, puluhan perahu yang dipimpin perahu pembawa sesaji mendekati Pulau Putri dekat Desa Leran-Sluke kemudian mendekati Pulau Gosong dan mengelilinginya. Saat mengelilingi Pulau Gosong itulah sesaji yang berupa kepala kambing atau sapi dilarung di Laut Jawa. Baru setelah itu puluhan perahu mendarat di Pulau Gosong sehingga ratusan orang memadati Pulau Gosong.

Pulau Gosong tidak begitu luas, besar kecilnya Pulau Gosong tergantung dari pasang surutnya air laut. Pulau Gosong terbentuk dari karang-karang yang sudah mati namun tak sedikit di sekitar Pulau Gosong terdapat karang yang yang masih hidup. Biasanya karang-karang yang sudah mati diakibatkan dari hantaman ombak barat yang besar.Karang-karang mati, oleh penduduk nelayan biasanya diambil untuk keperluan bahan bangunan rumah.

Saat lomban Pulau Gosong penuh oleh ratusan orang, mereka berasal dari masyarakat Dasun dan sekitarnya. Banyak anak-anak yang bermain-main dengan air laut dan karang Pulau Gosong. Ada pula yang sengaja mencari ikan dan karang hidup atau mati untuk dibawa pulang sekedar dipakai untuk hiasan kolam atau aquarium. Budaya selfie belum ada saat itu sehingga sangat jarang dan hampir tak ada orang yang membawa kamera untuk mengabadikan momen sedekah laut atau lomban di Pulau Gosong.

Saat prosesi lomban selesai ditandai dengan perahu meninggalkan Pulau Gosong.Perahu kembali ke Muara Sungai Dasun dan masyarakat pulang dengan membawa oleh-oleh karang dari Pulau Gosong. Masyarakat senang, dan nelayan pun lega telah menuntaskan rasa syukur mereka atas laut yang memberikan rejeki selama setahun ini.

Juga berfungsi untuk mencari ikan bagi nelayan. Banyak jarring dan dogol yang dipasang disekitar Pulau Gosong. Ikan yang didapat cukup beragam, ada teri nasi, teri cemek, pethek, rajungan, cumi-cumi, dan lain-lain. Ada pula nelayan yang memanfaatkan Pulau Gosong untuk tempat memancing dengan teknik layangan, yaitu memancing dengan menggunakan bambu besar serta tali atau benang yang diikat dengan layang-layang. Penanda kail disambar ikan saat layang-layang bergerak cepat ke bawah.

 

  • Hubungan Nelayan dan Terumbu Karang

Berdasarkan informasi yang terkumpul dari para informan diantara mas Nanang dan Bapak Murtoko, para nelayan kerab kali berlayar mencari ikan di sekitar pulau gosong. Pada saat itu, pulau gosong memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadi lumbung kesejahteraan para nelayan. Pada saat itu, di pulau gosong inilah menurut mas Nanag, telah menjadi tempat favorit nelayan untuk menangkap ikan, mencari latoh, kerang, bahkan untuk mencari terumbu karang yang digunakan bahan pondasi rumah para nelayan.

Dahulu di Pulau Gosong telah menjadi habibat latoh. Latoh merupakan tumbuhan laut atau sejenis rumput laut. Bagi orang Lasem, latoh merupakan bahan dasar untuk dijadikan kudapan urap. Tumbuhan latoh saat itu hidup dengan menempel di terumbu karang yang ada di pulau gosong. Pada saat mengambil latoh, para nelayan cenderung tidak memperhatikan keberadaan terumbu karang yang ada. Terumbu karang banyak yang terinjak oleh pemungut latoh.

Selain latoh, pulau gosong juga menjadi habibat keong, kerang, ikan, udang, rajungan, dan kepiting. Keberadaan pulau gosong yang berlimpah biota laut, telah mendorong para nelayan untuk menangkap ikan dengan cara mendekati terumbu karang. Perilaku nelayan saat itu adalah memasang pukat harimau milik nelayan tengah (kapal-kapal besar) yang didekatkan dengan terumbu karang. Dari tata cara menangkap ikan tersebut, beberapa terumbu karang sesekali tercerabut dari akarnya. Berdasar informasi yang ada, sejak tahun 2005 terjadi kelangkaan ikan. Para nelayan pinggir (nelayan kecil) semakin menurun pendapatannya.

Dari peristiwa itulah, berbagai tindakan telah dilakukan para nelayan. Beberapa tindakan yang dilakukan para nelayan adalah mengumpulkan keong dan kerang yang ada di terumbu karang pulau gosong. Bahkan terumbu karang telah dipilih dan dipilah para nelayan untuk menjadi bahan dasar membangun rumah.

Sembari mencari ikan, dan kerang, para nelayan juga mencari terumbu karang. Berdasarkan informasi yang ada, dahulu, batu karangnya besar-besar itu dipecah, angkat, dan dinaikan di atas kapal. Terumbu yang beratnya ringan, cenderung dimasukkan ke perahu untuk pondasi rumahan. Adapun terumbu karang yang besar, cenderung dipecah untuk dibawa pulang. Masyarakat nelayan mengaku, terumbu karang dari pulau gosong, sangat bagus untuk pondasi rumah. Terumbu karang pulau gosong lebih mudah mencengkram adonan semen pada saat mendirikan rumah

Berdarkan informasi dari ada, terdapat satu wilayah nelayan tertentu yang banyakan penduduknya membangun rumah dengan batu-batu karang di Pulau Gosong. Kalau dipikir secara logika nelayan seharusnya wilayah terumbu karang bisa menjadi tempat berkembangbiaknya ikan-ikan, namun bagi nelayan sendiri dirusak. Rusak terumbu karang dikarenakan mereka belum tahu, belum mengerti ilmunya. Yang mereka tahu hanyalah, ini batu karang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah.

 

  • Kearifan Lokal dan Potensi Pelestarian Terumbu Karang

Hampir tidak terjadi, perusakan terumbu karang di pulau Gosong di lakukan secara sadar oleh nelayan. Mereka tidak secara langsung tidak merusak ekosistem terumbu karang. Keseharian mereka menjadi nelayan, tentu sangat wajar ketika mereka menempatkan pukatnya di tempat-tempat yang banyak ikan. Dan secara kebetulan ikan-ikan itu berada di terumbu karang pulau Gosong.

Berdasarkan peryataan di atas maka dapat dilakukan identifikasi tentang nilai-nilai kearifan masyarakat di sekitar terumbu karang pulau Gosong. Nilai-nilai kearifan itu diantaranya:

  • Rasa cinta para nelayan terhadap terumbu karang pulau Gosong
  • Tingginya etos kerja para nelayan
  • Keinginan kepala desa untuk menyususn program-program desa yang berhubungan dengan terumbu karang pulau Gosong
  • Adanya tradisi lomban sebagai ucapaan syukur terhadap limpahan kemakmuran dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang diadakan di pulau Gosong
  • Tumbuhnya komunitas sosial pelestari wisata bahari yang memihak keberadaan terumbu karang di pulau gosong untuk tetap lestari
  • Keindahan telah menjadi kebutuhan masyarakat yang didapatkan dengan melihat terumbu karang di pulau Gosong

 

Adanya tradisi batuk mimi yang dilangsungkan di pulau Gosong. Tradisi batuk mimi merupakan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh para nelayan ketika akan memulai musim tanam, tebar benih, hingga pada saat setelah musim paceklek.

Berdasarkan identifikasi kearifan lokan di atas mulai dari rasa cinta, keingina, tradisi, komunitas lokal, dan kebutuhan keindahan, telah nyata berhubungan dengan terumbu karang pulau Gosong. Dengan demikian, nialai kearifan lokal itu dapat digunakan dalam mendukung program pelestarian terumbu karang di pulau Gosong.

 

  • Pembahasan
    • Penyebab Terumbu Karang Rusak

Berdasarkan penelitian di atas ada kecenderungan sebab rusaknya terumbu karang di pulau gosong cukup kompleks. Hal ini disebakan karena pulau gosong telah berhubungan dengan elemen-elemen sosial dan budaya yang ada di masyarkat.

Terumbu karang yang ada di pulau gosong telah menyatu dengan keberadaan nelayan. Pola hubungan terumbu karang dengan nelayan di pulau Gosong dalam hal sistem mata pencarian dan sistem keyakinan.

Hubungan nelayan terhadap sistem mata pencarian dapat dilihat di terumbu karang pulau Gosong menjadi tempat menangkap ikan. Sedangkan hubungan nelayan terhadap sistem kayakinan di terumbu karang di pulau Gosong adalah menjadi tempat suci untuk tempat berdoa agar berlimpah rezekinya.

Dengan kuatnya hubungan masyarakat nelayan terhadap habitat di pulau Gosong ternyata ada efek samping yang menganggu keadaan terumbu karang itu sendiri. Hal-hal inilah yang kemudian menjadi faktor penyebab rusaknya terumbu karang di pulau Gosong sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian dan ulasan di atas berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab rusaknya terumbu karang di pulau Gosong sebagai berikut:

1.Faktor Budaya

Pada faktor budaya ini ada dua hal yang dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang yaitu batuk mimi dan lomban. Batuk mimi merupakan salah satu tradisi berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang dilakukan oleh para nelayan ketika akan memulai musim tanam, tebar benih, hingga pada saat setelah musim paceklek. Lomban adalah sebuah acara paling sakral bagi nelayan yang berada di Dasun dan sekitarnya yang dilaksanakan setahun sekali.Semua perahu milik nelayan-nelayan Dasun yang berjumlah puluhan semuanya keluar dari muara Sungai Dasun secara berbarengan.Dengan hiasan cat yang beraneka warna, serta umbul-umbul juga terpasang cantik di setiap perahu. Lomban bagi nelayan Dasun adalah sebuah ungkapan syukur atas rejeki yang diberikan laut pada penduduk.

2.Faktor Mata Pencarian

Pencarian ikan, latoh, dan keong, ini juga dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang yang disebabkan karena cara pencariannya. Nelayan mencari ikan dengan cara menempatkan pukat mereka pada tempat beradanya ikan berkumpul. Latoh merupakan tumbuhan yang mirip dengan rumput laut. Para nelayan mencari dan mengambilnya untuk dijadikan makanan yang disebut urap. cara mengambil yang tak sengaja menginjak terumbu karang yang ada di tempat tersebut. begitu pula dengan pencarian keoang yang digunakan untuk makanan yang lezat bagi kehidupan mereka.

3. Faktor Wisata

Tempat yang begitu indah dengan terumbu karang akan menarik para wisatawan untuk mengetahui dan mengunjungi tempat tersebut. Wisatawan yang sudah mengetahui akan indahnya terumbu karang yang ada di sana mereka pasti akan memiliki rasa ingin mempunyai terumbu karang tersebut sebagai hiasan ataupun hanya memilikinya. Rasa ingin memiliki ini akan menimbulkan keinginan mengambilnya karang tersebut. lama kelamaan kalau ini tidak di beri sanksi akan mengakibatkan terumbu karang menjadi sedikit.

4.Faktor Ekologi

Selain faktor-faktor di atas ada juga faktor ekologi yang mengakibatkan rusaknya terumbu karang. Faktor ekologi terasebut diantara adanya arus besar walaupun demikian, faktor alam ini telah seberapa perannya dalam merusak terubu karang di pulau Gosong.

5.Faktor Keterbatasan

Keterbatasan sangat memengaruhi rusaknya karang terutama keterbatasan jalan. Jalan yang digunakan untuk membawa material buat pembangunan rumah yang sulit akan menyebabkan masyarakat sekitar menyalahgunakan fungsi terumbu karang yang ada. Mereka lebih suka mencari sendiri dengan di angkut menggunakan perahu. Karena ketidak tahuannya mengenai fungsi terumbu karang mengakibatkan mereka memilih jalan pintas untuk mengatasi masalah tersebut.

 

  • Wisata Bahari Berbasis Konservasi

Berdasarkan hasil penelitian tentang berbagai hal yang memiliki hubungan terhadap kerusakan terumbu karang di pulau Gosong dan kearifan lokal masyarakat sekitar terumbu karang di pulau Gosong, maka perlu dilakukan model pelestarian berbasis sistem mata pencarian dan sistem sosial budaya.

Merujuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat setempat, model pelestarian terumbu karang di pulau Gosong sangat potensial. Hal ini dapat dilihat ada titik temu terhadap fungsi terumbu karang di pulau Gosong dengan sistem mata pencarian dan sistem sosial budaya. Pada sistem mata pencarian titik temu fungsi terumbu karang di pulau Gosong adalah habitat ikan. Begitu pula dalam sistem sosial budaya titik temu fungsi terumbu karang di pulau Gosong adalah terumbu karang di pulau Gosong menjadi objek utama yang harus terjaaga keberadaannya.

Berdasarkan tinjuan fungsi di atas dan potensi kearifan lokal yang dimiliki masyarakat nelayan, maka model pelestarian terumbu karang di pulau Gosong yang diajukan adalah model pelestarian wisata bahari berbasis konservasi. Wisata bahari berbasisi konservasi merupakan sekenario penyelamatan terumbu karang yang ada di Pulau Gosong dengan cara melibatkan wisatawan bahari dan masyarakat nelayan.

Keterlibatan wisatawan bahari yaitu menggunakan para wisatawan untuk berkunjung di ekosistem terumbu karang di pulau Gosong dngan ketentuan yang sangat ketat. Perilaku wisatawan hanya dibatasi pada tindakan konservasi. Adapun tindakan konservasi yang perlu ditawarkan yaitu:

  1. Menebar bibit-bibit ikan yang cocok untuk hidup di terumbu karang di pulau Gosong
  2. Memperbolehkan tindakan penelitian dalam rangka peremajaan terumbu karang di pulau Gosong
  3. Membuka program donasi untuk keperluan konservasi
  4. Dan berbagai tawaran wisata bahari yang sifatnya tidak merusak ekosistem terumbu karang di pulau Gosong

 

Adapun tindakan berbasis partisipatif yang difokuskan pada para nelayan pada saat implementasai program wisata bahari berbasis konservasi pada terumbu karang di pulau Gosong adalah sebagai berikut:

  1. Nelayan dilibatkan menjadi penyedia transportasi wisata bahari
  2. Nelayan dilibatkan menjadi gueder yang peranannya menyampaikan informasi tentang program konservasi terumbu karang di pulau Gosong
  3. Nelayan dilibatkan menjadi penyedia stok berbagai bibit ikan dan peralatan-peralatan serta perlengkapan yang sekiranya dibutuhkan dalam program wisata bahari berbasis konservasi.

 

Selain itu, karena pada saat ini termbu karang sudah jarang yang mengambilnya. Terumbu karang yang jumlahnya sedikit dan keadaan yang seperti ini tak menarik masyarakat untuk memanfaatkannya. Ada berbagai cara untuk mengajak masyarakat untuk melestarikan terumbu karang yang sangat kritis ini :

1.Dengan menanam tumbuhan magrove

Dengan cara ini tak sadar kita akan mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan terumbu karang yang ada di perairan sekitar pulau gosong. Ini tidak hanya untuk masyarakat namun juga dapat dilakukan oleh para siswa/sisi, mahasiswa, organisasi-organisas, pemerintah, pramuka, dan lain-lain.

2.Edukasi

Terumbu karang yang bagus dapat memberikan ilmu untuk para pelajar. Dengan belajar masalah observasi lapangan dapat memberitahukan pada para pelajar atau masyarakat umum mengenai jenis-jenis terumbu karang, keadaan terumbu karang yang hidup dan mati. Selain itu mereka juga dapat gimana caranya untuk mengurai terjadinya kerusakan terumbu karang.

3.Penyadaran terhadap masyarakat

Salah satu cara yang sangat sulit bagi para pelestari. Penyadaran terhadap masyarakat ini dapat dilakukan dengan cara memberitathukan lewat cara sosialisasi kepada masyarakat akan manfaat dan fungsi terumbu karang baik untuk biota laut maupun bagi manusia. Serta dampak yang akan ditimbulkan bila mereka menyalahgunakan manfaat tersebut.

Dengan demikian, melibatkan nelayan secara penuh pada program wisata bahari ini diharapkan mampu memotong tindakan-tindakan yang merusak ekosistem terumbu karang yang diisinyalir dilakukan oleh para nelayan. Penulis yakin dengan memotong rantai fungsi terumbu karang yang fatalistik tentu terumbu karang perlahan akan teteap lestari.

 

 

 BAB V

PENUTUP

  • Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat menyimpulkan sebagai berikut. Pertama, faktor-faktor penyebab rusaknya terumbu karang di pulau gosong yaitu; faktor budaya, faktor mata pencarian, faktor wisata, faktor ekologi, dan faktor keterbatasan. Kedua, model pelestarian terunbu karang yang dapat dilakukan adalah dengan program wisata bahari berbasis konservasi.

 

  • Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis akan memberikan beberapa saran salah satunya agar terumbu karang harus selalu kita jaga dengan meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat akan pentingnya menjaga terumbu karang, serta Peranan pemerintah yang sangat dibutuhkan dalam membantu menyelesaikan permasalahan terumbu karang di desa Dasun dan Pemerintah juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyrakat agar tetap menjaga kelestarian terumbu karang.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hidayati, Suci Nur. 2015. Contoh Tugas Karya Tulis Terumbu Karang. http//www.sucinudi.blogspot.com/2015/09/contoh-tugas-karya-tulis-terumbu-karang.html?m=1. Pada tanggal 20 Oktober 2016.

 

Daftar informan:

  1. Bapak Sujarwo, kepala desa- Tokoh masyarakat dan mantan nelayan
  2. Exsan Setyo Ali Nugroho, mahasiswa kelahiran Dasun
  3. Mas Nanang, nelayan muda Dasun
  4. Bapak Mulyono, nelayan tua Dasun
  5. Widadi, pemerhati konservasi terumbu karang
Bagikan artikel ini:
Komentar