You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.

Sistem Informasi Desa Dasun

Kec. Lasem, Kab. Rembang, Prov. Jawa Tengah
Info
Laman Resmi Pemerintah Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Sekretariat: Balai Desa Dasun, RT.01,RW.01, Dasun, Lasem, Kode Pos: 59271 | Dasun Maju | Desa Pemajuan Kebudayaan Kemendibud | Desa Anti Korupsi KPK RI

Makna Lukisan Garam di Tambak Gede Desa Dasun Lasem


Makna Lukisan Garam di Tambak Gede Desa Dasun Lasem

dasun-rembang.desa.id-Seorang perupa kelahiran Leteh, Rembang, menghasilkan karya luar biasa. Dia adalah Eggy Yunaedi, seorang perupa dan pegiat budaya yang kini tinggal di Bekasi.

Eggy bersama dengan 10 orang petani garam lokal, melukis dengan butiran garam dengan ukuran yang besar. Yakni di lahan tambak garam seluas 714 meter persegi di kawasan situs Tambak Gede Desa Dasun, Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.

Dia melukis seorang pria yang menggambarkan seorang petani garam, dikelilingi 7 bulatan. Di belakangnya, terdapat bentuk semacam gunungan wayang dengan motif batik lasem yaang dipancari sinar matahari.

Di sisi kanan lukisan pria, tergambar sesosok naga. Sedangkan di sisi kiri, bertengger burung hong atau dalam istilah barat disebut phoenix. Dua makhluk mitologi dari China yang berpengaruh.

“Lukisan garam ini mengisahkan profesi petani garam di Lasem. Diungkapkannya ada  7 elemen yang mempengaruhi, yakni 4 elemen alam berupa bumi, air, sinar matahari dan angin, kemudian 3 elemen kultural, terdiri dari kultur budaya China, Jawa dan Islam,” ucap Eggy.

“Petambak merasa sebagai orang Jawa, ada gunungan di situ dan ada beberapa simbol budaya Islam. Jadi ada 7 rupa atau elemen yang kami simpulkan mempengaruhi kehidupan petani garam,” sambungnya.

Lukisan yang berukuran 33 meter x 21 meter ini memang sarat akan makna. Makna turunan yang terkandung dalam lukisan ini adalah sebuah harmoni dari unsur alam dan budaya.

Unsur alam didapatkan makna adalah alam harus senantiasa lestari untuk menghasilkan garam yang berkualitas. Kemudian unsur kultural atau budaya adalah bahwa di Dasun - Lasem ini kita harus hidup saling menghargai dan menghormati antar budaya dan kultur yang melatarbelakangi kehidupan yang harmoni di Lasem.

Dalam membuat karyanya bersama dengan 10 orang petani garam lokal tersebut, Eggy mengaku menghabiskan sebanyak 4 ton garam. Total 6 hari yang ia gunakan, yakni 3 hari menggambar pola, 3 hari melukis secara langsung.

“Saya melihat bentangan tambak yang sudah diratakan halus , rata , kotak itu kok ibarat sebuah canvas yang siap dilukis,” katanya.

“Dan saat saya coba raba dan remas, ternyata garam itu material yang sangat plastis, mau ditarik kemana ngikut, dibuat garis bisa, dibuat bidang, dibuat gradasi bisa, sangat memudahkan kita membuat citra 2 dimensi, dari situlah saya ingin membuat karya dengan material garam di media tambak,” sambung Eggy.

Dalam proses melukis, Eggy dan para pemulia garam Dasun sempat was-was dengan intensitas curah hujan cenderung meningkat belakangan ini. Pasalnya air hujan bisa langsung merusak lukisan garam

“Menjelang hari H, di Rembang  Lasem sisi selatan hujan deras. Sampai ada rekan yang nanya, acara besok jadi nggak, soalnya sini hujan deras. Alhamdulillah sampai selesai acara, di Dasun tidak hujan deras,” ungkap Eggy sambil bersyukur.

 

 

Bagikan artikel ini:
Komentar